Mengajarkan Anak Menjadi Sosok Cerdas Digital

        Saat ini perkembangan teknologi di dunia berkembang sangat pesat. Indonesia pun menjadi salah satu negara yang merasakan dampaknya. Bahkan tidak hanya orang dewasa saja yang dapat merasakan perkembangan teknologi tersebut. Akan tetapi, anak-anak juga merasakan dampaknya.
          Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Sedangkan berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, sebanyak 65,34% pemilik gadget adalah remaja dan anak usia dini yang seharusnya belum boleh menggunakan teknologi tersebut.
          Kekhawatiran orang tua terhadap anak mengenai penggunaan gadget, jangan sampai menghambat tumbuh kembang anak. Perlu diketahui, ketika orang tua masih menjadi usia anak-anak, memang sangat berbeda kondisi dengan anak-anak yang lahir di zaman sekarang. Pada zaman dahulu, perkembangan teknologi tidak berkembang sangat pesat seperti saat ini. Oleh karena itu, mereka jarang atau bahkan tidak pernah merasakan perkembangan teknologi.
          Berbeda dengan saat ini, anak-anak dengan mudahnya merasakan perkembangan teknologi. Apalagi dengan adanya gadget di tangan anak, segala informasi dengan mudahnya diperoleh. Gadget itu sendiri merupakan salah satu media digital yang dapat menyebarkan informasi di mana saja dan kapan saja. Tanpa adanya pengawasan, dikhawatirkan sang anak memperoleh informasi yang tidak pantas untuk ditonton bahkan ditiru. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan anak-anak dalam menggunakan gadget.
          Salah satu cara mengawasi anak-anak dalam menggunakan gadget dapat dilakukan di lingkungan keluarga, terutama diawasi oleh orang tua. Akan tetapi, jangan sampai kekhawatiran orang tua menyebabkan adanya pelarangan keras penggunaan gadget terhadap anak. Apabila hal ini terjadi, dikhawatirkan akan menghambat tumbuh kembang anak dan sang anak tidak dapat menjadi sosok yang cerdas digital.
          Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk dijadikan solusi, yaitu: pertama, mendampingi ketika anak menggunakan gadget. Gadget yang memiliki fungsi sebagai sarana sumber informasi, apabila tanpa adanya pengawasan, dikhawatirkan anak akan memperoleh informasi yang tak sesuai dengan usianya. Tahun 2017, berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa terdapat 2358 kasus kekerasan anak yang berkaitan dengan pornografi dan Cyber Crime. Salah satunya disebabkan adanya konten pornografi di salah satu media sosial.
          Kedua, membuat kesepakatan. Kesepakatan yang dimaksud adalah kesepakatan antara orang tua dan anak. Dalam mengawasi penggunaan gadget terhadap anak alangkah baiknya orang tua menerapkan aturan yang dapat disepakati oleh anak. Misalnya menentukan batas waktu anak dalam menggunakan gadget dan konten-konten apa saja yang boleh diakses. Apabila anak dapat mematuhi kesepakatan tersebut, sehingga rasa khawatir orang tua menjadi berkurang.
          Ketiga, luangkan waktu untuk anak. Cara ini merupakan salah satu cara efektif sehingga sang anak dapat memanfaatkan waktu bersama orang tua. Berdasarkan sumber sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id pada artikel yang berjudul “Yuk, Kita Galakkan Kembali Gerakan 1821”, terdapat salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua dalam meluangkan waktu bersama anak. Gerakan tersebut bernama Gerakan 1821. Gerakan 1821 merupakan himbauan kepada para orang tua untuk melakukan puasa menggunakan gadget, seperti handphone, smartphone, tablet, atau laptop sejak pukul 18.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Gerakan ini digagas oleh Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, Direktur Auladi Parenting School atau Program Sekolah Pengasuhan Anak (PSPA) Bandung. Selama 3 jam tersebut, mereka dapat melaksanakan 3B yaitu Bermain, Belajar, dan Bicara bersama anak.
          Setelah orang tua melakukan pegawasan terhadap anak, sebenarnya perlu diketahui bahwa penggunaan gadget juga memiliki dampak positif bagi sang anak. Oleh karena itu, perkembangan teknologi tidak selamanya memiliki dampak negatif bagi sang anak.
          Manfaat yang diperoleh anak apabila dapat memanfaatkan gadget dengan sebaik-baiknya yaitu: pertama, melatih jiwa spritual anak. Banyaknya aplikasi keagamaan yang ditawarkan di gadget, dapat mendekatkan anak kepada Tuhan. Melalui bimbingan orang tua pula, anak dapat mempelajari ilmu-ilmu agama yang sebelumnya belum mereka ketahui.
          Kedua, memiliki jiwa sosial. Banyaknya informasi yang dapat diperoleh dengan mudah melalui gadget sehingga sang anak dapat menjadi sosok yang kritis. Apabila terdapat informasi seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan adanya ajakan untuk ikut berdonasi, hal-hal seperti inilah yang dapat membuat anak dapat membuka hatinya sehingga memiliki keinginan untuk menolong sesama.
          Ketiga, memiliki jiwa kreatif. Melalui penggunaan gadget, sang anak tidak hanya berperan sebagai seorang penikmat, akan tetapi dapat juga berperan sebagai creator. Adanya video, tulisan, dan gambar yang ditampilkan di gadget dapat merangsang daya kreatif anak sehingga anak berkeinginan untuk membuat video, tulisan, maupun gambar yang bermanfaat. Apabila hasilnya memuaskan, diharapkan dapat bermanfaat untuk kehidupan bangsa.
          Keempat, melatih anak berdiskusi. Adanya grup-grup yang diikuti anak di media sosial, dapat melatih melatih anak berdiskusi dengan orang-orang yang dikenali, khususnya teman-teman di sekolahnya. Misalnya diskusi pembagian dalam kelompok belajar, berdiskusi mengenai materi pelajaran yang belum dipahami, dan sebagainya. Adanya kegiatan diskusi ini, dapat melatih anak untuk menjadi seorang pemimpin atau dipimpin.
          Kelima, pandai mengatur waktu. Apabila kesepakatan yang telah dibuat antara orang tua dan anak telah disepakati, khususnya dalam batas penggunaan gadget, biasanya sang anak mampu mengatur waktunya dengan baik. Sang anak mampu menentukan waktu kapan untuk belajar, bermain, beribadah, maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Apabila sang anak terbiasa hidup teratur dengan memperhatikan waktu, sehingga untuk ke depannya hidupnya akan menjadi lebih baik.
          Oleh karena itu, berdasarkan dampak-dampak positif yang diperoleh sang anak seperti yang telah disebutkan membuktikan bahwa adanya teknologi sehingga anak dapat menerapkan nilai-nilai pancasila di dalam kehidupannya. Akan tetapi, tetap diperlukan pengawasan oleh orang tua. Selain orang tua, pihak sekolah dan masyarakat pun sebaiknya juga mengawasi penggunaan gadget di kalangan anak-anak. Apabila anak dapat menggunakan teknologi dengan sebaik-baiknya, diharapkan anak tersebut dapat menjadi seseorang yang cerdas digital serta bermanfaat untuk bangsa.

#sahabatkeluarga


Daftar Pustaka:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Siklus Siklik dan Non Siklik

Perbedaan Kartilago dan Osteon